Rp 5,2 Milyar Untuk Sang Kriminal; Darsem

Nama aslinya Darsem Bt Dawud Tawar, asal Subang, Jawa Barat, bekerja pada majikanya Hisyam Assegaf (WN Yaman). Darsem terbukti bersalah melakukan pembunuhan terhadap saudara majikannya yang mempunyai keterbelakangan mental (idiot) Waled bin Salem Assegaf pada bulan Desember 2007 dan oleh pengadilan Riyadh, Darsem divonis hukuman mati. (6 Mei 2009).

Darsem dituduh membunuh dengan menggunakan kampak dan kemudian mayat korban dimasukkan kedalam septic tank, kemudian di cor pakai semen. Keluarga korban baru tahu ada pembunuhan dan "kuburannya" setelah beberapa hari kemudian.

Di pengadilan, Darsem mengakui semuanya. Tidak ada kata2 membela diri, mau disiksa dll.

Namun si Hakim tidak percaya begitu saja. Alasannya:

1. Korban adalah seorang yg berbadan besar dan gendut. Mustahil Darsem sendirian membawanya ke septic tank yg jaraknya cukup jauh dari lokasi pembunuhan, dalam waktu cepat.

2. Mustahil Darsem bisa memasukkan kedalam septic tank dengan begitu cepat.

3. Mustahil Darsem bisa nge-cor dengan semen tanpa ada bantuan dari orang lain.

Akhirnya sidang ditunda.
Sidang berikutnya Hakim masih tidak percaya. namun Darsem tetap mengakui bahwa dia melakukannya secara sendirian.

Sidang ditunda lagi, karena Hakim tetap pada keyakinannya.

Sidang berikutnya pun digelar. Darsem tetap mengakuinya secara sendirian. Karena terus menerus mengakui pembunuhan tsb dilakukan sendiri, akhirnnya Hakim memutuskan qisas. (hukuman mati/pancung).

Tanpa disadari ternyata ada anak majikan (kira2 umur 7 tahunan) yang melihat saat itu Darsem bersama dengan seorang laki2 yg wajahnya mirip orang Bangladesh/India. Hal ini langsung disampaikan oleh majikannya kepada Hakim, dan hakim langsung memerintahkan untuk menggelar sidang kembali dengan cara interogasi ulang. Hakim akan mendengar pengakuan anak tsb sampai usia anak tsb baligh (dalam hukum Islam anak kecil belum bisa menjadi saksi, kecuali sudah baligh).

Pada saat interogasi ulang, Darsem tetap berpendirian bahwa dia melakukan sendirian (apakah dia merasa kasihan sama cowoknya?????? Wallahu'alam).

Akhirnya di sidang lagi dan keputusannya qisas.

KBRI kita di Arab menemui Lajnah Islah (semacam Komisi untuk perdamaian) di Riyadh dan pejabat Kantor Gubernur Riyadh agar Darsem Bt Dawud Tawar bisa dimaafkan. Akhirnya pd 7 Januari 2011, ahli waris korban yang diwakili oleh Asim bin Sali Assegaf bersedia memberikan pemaafan kepada Darsem dengan kompensasi uang diyat (ganti rugi/santunan) sebesar SAR 2 juta. Pernyataan pemaafan ini langsung disampaikan KBRI kita kepada pengadilan Riyadh guna pemrosesan selanjutnya.

Begitu ada kabar pemaafan dengan kompensasi uang, tanpa diduga tiba2 ada donatur Arab saudi yg tidak mau disebut namanya bersedia menyumbang uang sebesar SAR 1 juta (+ 2 milyar). Hal ini katanya langsung disampaikan ke KBRI kita. Dalam hati gua hebat juga nih orang, bukan siapa2nya, ga kenal Darsem tapi mau menjadi donatur.

Memang alasan paling banyak TKW kita kalau lagi bermasalah: di Arab diperkosa, di Malaysia disiksa, di Honkong gaji ga dibayar, majikan cerewet… dll. ..dll.. Tapi mari kita coba berdiskusi dengan kepala dingin. Apa iya segitu banyaknya TKW mau diperkosa? Disiksa & Ga dibayar gajinya? Hampir disetiap pemberitaan TKI di media kita selalu menonjolkan sisi jeleknya. Bahwa kemungkinan ada yg bernasib seperti itu ya pasti ada.. wong jumlahnya juga jutaan. Tapi apakah semua kesalahan tsb ada sama para majikannya? Gua ga yakin dech...

Almarhum Prof. Dr. Baharuddin Lopa kan pernah jadi Duta Besar kita disana. Beliau mantan Jaksa yang tidak diragukan kredibilitasnya. Beberapa kali beliau datang sendiri ke penampungan TKW bermasalah yg ada di lingkungan kbri. Beliau berkesimpulan bahwa sebagian besar klaim tersebut bohong dan mengada-ada. Begitu juga dg hasil pemantauan dari Dr. Maftuh Basyuni, mantan Menteri Agama (sekarang ketua Satgas TKI). Beliau jg pernah jadi Duta di Saudi. Kesimpulannya, banyak TKW kita yang main sama Pakistan, India, Bangladesh tapi nanti ngakunya sama orang Saudi. Sambil bergurau dia bilang: “… pokokonya hidung mancung pasti arab” tanpa bisa membedakan…. wkwkwkwkwkw (file majalah Gatra th 2003-an)

Kembali ke Darsem.

Menurut teman saya, sebetulnya diyat/blood money kasus Darsem ini masih bisa di negosiasikan asal Darsem mengakui bahwa ada orang lain yg ikut membantu pembunuhan sadis tsb. Darsem pun masih ditanyai pelan2 oleh pihak kbri. Namun di Indonesia sudah ribut ga karu2an dan sangat mengganggu proses negosiasi. Kasus2 seperti ini selalu jadi bahan para politikus untuk mencapai syahwat politiknya. Contoh Yenny kecam Muhaimin….. kan lagi rebutan PKB. TV One bikin koin Darsem (siapa yg ga tau TV penyok ini..??), Metro TV juga berkepentingan dlsb…dlsb.

Memang betul si majikan minta 2 juta riyal Saudi (+ 4 milyar)… Tapi majikan sedang dibujuk oleh para ulama & pemerintah Saudi agar jangan terlalu mahal. Walaupun itu hak keluarga korban, tapi biasanya kalau ulama sudah turun tangan ya luluh juga mereka..

Akhirnya nasi sudah menjadi bubur… Pemerintah RI menyiapkan dan membayarkan uang diyat 4 milyar lebih yg diambil dari Kementerian Luar Negeri. Kata teman saya, berita ini langsung menjadi headline koran2 di Saudi karena baru kali ini ada uang diyat sebesar itu. Dalam hati gua…wah ini berbahaya… ada 22 orang WNI di Saudi yg telah divonis hukuman qisas/mati.. Bisa2 ahli waris lainnya minta sama seperti kasus Darsem atau bahkan lebih… Ambrol APBN kita hanya untuk menyelamatkan beberapa orang pelaku KRIMINAL di negara orang.

Tak cukup hanya dengan 4 milyar, Darsem pun kembali memperoleh dana sumbangan pemirsa TV One senilai Rp 1,2 Milyar.
Jika benar Darsem adalah pembunuh, pantaskah dia memperoleh semua itu ?

Di Kutip dari http://forum.detik.com/darsem-sudah-lupa-dg-janjinya-t280956.html?nd991103frm