KELAHIRAN DAULAH ABBASIYAH
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
A.PERKEMBANGAN ISLAM PERIODE KLASIK PADA MASA KHALIFAH BANI ABBASYIAH
Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa sejak tahun (132-656 H / 750-1258 M) perkembangan dari kemajuan sosial budaya yang terjadi pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah :
1.KEMAJUAN DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA
Selama masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah (750-1258 M). diantara perkembangannya adalah dalam bidang :
a.Seni Bangunan dan Arsitektur Masjid
Masjid merupakan bangunan tempat ibadah umat islam yang merupkn wakil menonjol dari Arsitektur islam. Masjid yang dirikan pada masa pemerintahan Bani Abbas adalah bangunan masjid Samarra, di Bagdad.
Masjid Samarra adalah tiang-tiang yang di pasang beratap lengkung. Tiang-tiang tersebut dibangun menggunakan batu bata.
b.Seni bangunan kota
Seni bangunan islam masih mempunyai cirri khas dan gaya tersendiri, dalam pintu pilar, lengkung kubah, hiasan lebih bergantung (muqarnas hat).
Pemerintah dinasti Abbasiyah adalah kota Bagdad, yang dibangun oleh Abu ja’far al-Mansur (136-158 H/754-775). Tempat lokasi ditepi sungai Eufrat (Furat) dan Dajlah (Tigris). Pembangunan ini diarsiteki oleh Hajjaj bin Artbab dan Amran bin Wadldlah, tenaga kerja yang dibutuhkan .
Istana khalifah al-Manshur dipusat kota bernama Qashru al-Dzahab (istana keemasan)yang luasnya sekitar 160.000 Hasta persegi. Masjid Jami’ didepannya memiliki luas areal sekitar 40.000 hasta persegi,” Istana dan Masjid merupakan simbol kota.
Sekitar tahun 157 H, khalifah al-Mansur membangun istana baru diluar kota yang diberi nama Istana ABADI (Qasbrul Khuldi) khalifah al-Mansur membagi kota Bagdad menjadi empat daerah, yang masing-masing daerah dikepalai oleh seorang naib amir (wakil gubernur) dan tiap-tiap daerah diberi hak mengurusi wilayah sendiri yaitu daerah otonom.
2.PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN BAHASA SASTRA
Perkembangan seni bahasa dan kemajuan, baik puisi maupun prosa kemajuan yang cukup berarti. Salah satu perhatian besar bani Abbas dan juga para ahli bagian Seniman. Berikut uraian singkatnya :
a.Perkembangan puisi
Berbeda dengan masa pemerintahan bani Umayah yang belum banyak.
Penyair pada masa pemerintahan bani Umayah, masih kental dalam keaslian warna Arabnya, sedangkan sastrawan pada zaman pemerintahan Bani Abbas, telah melakukan perubahan kekuasaan tersebut. Mereka telah mampu mengombinasikannya dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi arab dari tradisi Arab. Oleh karena itu wajar kalau kemudian pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak bermunculan penyair terkenal. Diantara mereka adalah sebagai berikut :
1.Abu Nawas (145-198 H) nama aslinya adalah Hasan bin Hani
2.Abu’ At babiyat (130-211 H)
3.Abu Tamam (wafat 232 H) nama aslinya adalah Habib bin Auwas atb-Tba’i
4.Dabal al-kbuza’I (wafat 246 H) nama aslinya adalah Da’bal bin Ali Razin dari Kbuza’ab. Penyair besar yang berwatak kritis.
5.Al-Babtury (206-285 H) nama aslinya adalah Abu Ubadab Walid al Babtury al-Qubtbany atb-tba’i.
6.Ibnu Rumy (221-283 H). nama aslinya adalah Abu Hasan Ali bin Abbas. Penyair yang berani menciptakan tema-tema baru
7.Al-Matanabby (303-354 H) nama aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin Husin al-Kuft penyair istana yang haus hadiah, pemuja yang paling handal.
8.Al-Mu’arry (363-449 H) nama aslinya Abu A’la al-Mu’arry. Penyair berbakat dan berpengetahuan luas.
b.Perkembangan prosa
Pada masa pemerintahan dinasti bani Abbasiyah telah terjadi perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa. Banyak buku sastra novel, riwayat, kumpulan nasihat, dan uraian-uraian sastra yang dikarang atau disalin dari bahasa asing.
1.Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143 H) buku prosa yang dirintis diantaranya Kalilab wa Dimnab, kitab ini terjemahan dari bahasa sansekerta. Karya seorang filosuf india bernama Baidaba dia menyalin menjadi bahasa arab.
2.Abdul Hamid al – katib. Ia dipandang sebagai pelopor seni mengarang surat.
3.Al-Jabidb (wafat 255H). karyanya ini memiliki nilai sastra tinggi, sehingga menjadi bahasa rujukan dan bahan bacaan bagi para sastrawan kemudian.
4.Ibnu Qutaibab (wafat 276 H). ia dikenal sebagai ilmuan dan sastrawan yang sangat cerdas dan memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang bahasa kesusastraan.
5.Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H) ia seorang penyair yang berbakat yang memiliki kecendrungan kesajak drama. Sesuatu yang sangat langka dalam tradisi sastra arab. Karya terkenalnya adalah al-Aqdul Farid, semacam ensiklopedia Islam yang memuat banyak Ilmu pengetahuan Islam.
3.PERKEMBANGAN SENI MUSIK
Pada umumnya orang Arab memiliki bakat musik, sehingga seni suara atau seni musik menjadi suatu keharusan bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Hal ini terus berkembang pada masa Bani Umayah hingga Abbasiyah. Pada masa pemerintahan dinasti bani Abasiyah, music islam mengalami kejayaan.
a.Penyusun Kitab Musik
Diantara para pengarang karya kitab music adalah sebagai berikut :
1.Yunus bin Sulaiman (wafat tahun 765 M) Beliau adalah pengarang teori music pertama dalam islam. Karya musiknya sangat bernilai, sehingga banyak musikus eropa yang meniru.
2.Kbalib bin Abmad (wafat tahun 791 M). beliau mengarang buku-buku teori musik mengenai not dan irama. Dijadikan sebagai bahan rujukan bagi sekolah-sekolah tinggi musik diseluruh dunia.
3.Ishak bin Ibrahim al-Mousuly (wafat tahun 850 M). ia telah berhasil memperbaiki musik jahiliyah dengan sistim baru. Dia mendapat gelar Raja Musik.
4.Hunain bin Isbak (wafat tahun 873 M). Ia telah berhasil menerjemahkan buku-buku teori musik karangan Plato dan Aristoteles.
5.Al-Farbii selain sebagai seorang filosuf, ia juga dikenal sebagai seniman dan ahli music. Karyanya banyak diterjemahkan kedalam bahasa Eropa dan menjadi bahan rujukan bagi para seniman dan pemusik Eropa.
b.Pendidikan Musik.
Para khalifah dan pembesar istana Bani Abbas memiliki perhatian yang sangat besar terhadap musik. Sekolah music yang paling baik adalah sekolah music yang didirikan oleh Sa’aduddin Mukinin. Karyanya berjudul Syarafiya, menjadi bahan rujukan dan dikagumi masyarakat music dunia barat.Latar belakangnya penyebab maraknya lembaga pendidikan music bermunculan adalah karena kemampuan bermain musik menjadi salah satu syarat untuk menjadi pegawai atau untuk memperoleh pekerjaan dilembaga pemerintahan.
4.KEMAJUAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, pendidikan dan pengajaran mengalami kemajuan yang gemilang. Pada masa itu prioritas umat islam mampu membaca dan menulis, pada masa ini pendidiakan dan pengajaran diselenggarakan dirumah-rumah penduduk dan ditempat-tempat umum lainnya misalnya Muktab.
Menurut keterangan yang ada, terdapat sekitar 30.000 masjid yang sebagian besar dipergunakan sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran tingkat dasar, kurikulum pendidikan pendidikan pada tingkat dasar terdiri pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prionsip dasar matematika dan pelajaran syair. Sedangkan pendidikan tingkat menengah terdiri dari pelajaran taysir Al - Qur’an pembahasan kandungan Al - Qur’an, Sunah Nabi, Fiqih, dan Ushul Fiqh, kajian ilmu kalam (teologi), ilmu Mntiq (retorika) dan kesustraan, pada pelajaran tingkat tinggi mengadakan pengkajian dan penelitian mandiri dibidang astronomi, geografi dunia, filsafat, geometri, musikdan kedokteran.
5.KEMAJUAN BANI ABBASIYAH DALAM ILMU PENGETAHUAN
Dinasti bani Abbasiyah yang berkuasa sekitar lima abad lebih, merupakan salah satu dinasti islam yang sangat peduli didalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban islam. Bani Abbasiyah telah menyiapkan segalanya, diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat riset d dan terjemah. Para ilmuan digaji sangat tinggi dan kebutuhan hidupnya dijamin oleh Negara. Bahkan khalifah Bani Abbasiyah meminta siapa saja termasuk para pejabat dan tentara untuk mencari naskah-naskah yang berisi ilmu pengetahuan dan peradaban untuk dibeli dan diterjemahkan menjadi bahasa arab.
B.PERISTIWA – PERISTIWA PENTING DAN TOKOH – TOKOH YANG BERPRESTASI DALAM PERKEMBANGAN ISLAM PERIODE KLASIK
A.Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial
1.Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah sosial ddan pilitik diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu :
a.Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
b.Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, ang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c.Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
d.Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.
2.Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu :
a.Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial
b.Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c.Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d.Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .
B.Kejayaan Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam
1.Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yangberfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa harun ar-rasyid diganti nama menjadi Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa al-ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagaitempatpenyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia danIndia. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
2.Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.
3.Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian sepertigandum dari mesir dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyahdan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
4.Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, aitu tafsir bir ra’i dan tafsir bil ma’tsur .
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767).meski diangap sebagai pendiri madzhab hanafi,karya-karyanya sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkankarena ditulis oleh para muridnya.
C.Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh.
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu
1.Faktor Internal
a.Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
b.Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
c.Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
d.Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
e.Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
f.Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
2.Faktor Eksternal
a.Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
b.Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.