A. Organisasi Islam
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa menjelang kemerdekaan muncul banyak organisasi yang pada dasarnya memperjuangkan kemerdekaan, meski kemudian banyak yang sangat memperhatikan pendidikan Islam pasca kemerdekaan.
Diantara oranisasi-organisasi tersebut adalah:
1. Aljamiatul Al-Khairiyah.
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Awalnya organisasi ini didirikan oleh orang-orang Arab kemudian namun terbuka untuk semua lapisan masyarakat, dengan tidak mengikat mata pencaharian mereka.
Dua bidang yang sangat diperhatikan oleh organisasi ini adalah pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi.
Dalam pelaksanaannya sekolah dasar yang dibina mengajarkan berbagai pengetahuan, baik agama maupun umum, seperti berhitung, sejarah (Sejarah Islam), Ilmu bumi dan lain-lain. Sedangkan program pengiriman anak-anak ke Turki mengalami kendala, sebab di Turki sedang terjadi kemelut dan hasilnya pun dianggap kurang efektif.
2. Al-Ishlah wal Irsyad
Organisasi ini berdiri pada tahun 1914 yang kemudian dikenal dengan Al Irsyad saja. Para pendirinya adalah orang-orang Arab, sebagaimana pendiri Aljamiatul Al-Khairiyah, salah satunya adalah Syekh Ahmad Surkati yang pada awalnya dari Aljamiatul Al-Khairiyah.
Yang menjadi perhatian Al-Ishlah wal Irsyad adalah bidang pendidikan, terutama pendidikan bagi orang-orang Arab dan kemudian meluas ke masyarakat umum di Indonesia. Pergerakan organisasi ini ternyata lebih progresif di banding dengan Al-jamiatul Al-Khairiyah. Ini terlihat dengan banyaknya sekolah di Jakarta yang didirikan oleh organisasi ini, seperti sekolah-sekolah tingkat dasar, sekolah guru, takhasus dua tahun. Hal serupa juga terlihat dengan semangatnya para pengurus mendirikan cabang-cabang di berbagai daerah, seperti di Cirebon, Bumiayu, Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Lawang.
3. Perserikatan Ulama
Perserikatan Ulama didirikan di Majalengka, Jawa Barat pada tahun 1911. Organisasi ini didirikan dalam rangka menegakkan gerakan pembaharuan atas inisiatif Kyai haji Abdul Halim. Pada tahun 1916 dipandang perlu mendirikan lembaga pendidikan yang lebih modern, maka didirikanlah sekolah dengan nama Jam'iyat I'anat al-Muta'alimin yang sangat direspon positif oleh guru-guru di daerah tersebut. Pada tahun 1924 Perserikatan Ulama memperluas daerah operasinya yang meliputi seluruh Jawa dan Madura, serta tahun 1937 ke seluruh Indonesia.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912, bertepatan dengan tanggal 18 Dzul hijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta, dengan tujuan amar ma'ruf nahi munkar yang berakidahkan Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunah.
Menurut Ahmad Dahlan, ada lima faktor yang menyebabkan ia mendirikan Muhammadiyah, yaitu:
a) Ia melihat bahwa umat Islam banyak yang sudah tidak memegang teguh Al-Quran dan Sunah dalam beramal, sehingga amal mereka tercampur dengan kemusyrikan, bid'ah, khurafat dan tahayul.
b) Lembaga-lembaga agama ketika itu tidak efisien, seperti halnya pesantren. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan saat itu terjadi perpecahan, dimana pendidikan umum (sekuler) dikembangkan oleh Belanda, sedangkan pendidikan agama dibina oleh pesantren, dan di sinilah awal pemisahan istilah ilmu agama dan ilmu umum di Indonesia.
c) Kemiskinan yang menimpa sebagian besar rakyat Indonesia, terutama kaum buruh, serta enggannya kaum kaya membayar zakat, sehingga mempertajam jurang pemisah diantar keduanya.
d) Aktivitas misionaris Katolik dan Protestan semakin giat sejak awal abad ke-19 yang disubsidi oleh Belanda.
e) Secara umum umat Islam hidup dalam fanatisme yang sempit, taklid buta, serta berfikir secara dogmatis, kehidupan Islam masih diwarnai dengan konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa tujuan Muhammadiyah adalah karena kondisi bagsa dan umat Islam saat itu serta perhatiannya bagi kelangsungan masa depan umat. Untuk itulah banyak didirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah, bahkan sampai saat ini bertebaran di seluruh penjuru nusantara. Diantar sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua adalah:
a). Kweekschool Muhammadiyah, Yogyakarta;
b). Mu'alimin Muhammadiyah, Solo dan Yogyakarta;
c). Mu'alimat Muhammadiyah, Yogyakarta;
d). Zu'ama/ Za'imat, Yogyakarta;
e). Kulliyah Muballigin/ Muballighat, Madang Panjang
f). Tablighschool, Yogyakarta;
g). HIK Muhammadiyah, Yogyakarta;
h). HIS, Mulo, AMS, MI, MTs, Gusta Muhammadiyah, dan lain-lain.
5. Mathlaul Anwar (MA)
Mathlaul Anwar (MA) didirikan pada tanggal 10 Syawal 1334 H, bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 1916 M. Di Banten. Organisasi ini bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial yang beraqidahkan Islam ala ahlus sunah wal jama'ah. atas prakarsa KH. Mas Abdurrahman yang lahir di Pandeglang Banten pada tahun 1868. Ia pernah berguru kepada Imam Nawawi al_bantani di Arab, lalu di kampung halamannya bergabung dengan seniornya KH. Enthol, Mohammad Yasin dan KH. Tb. Muhammad Sholeh.
Mathlaul Anwar berkembang pesat khususnya di daerah Banten, dimana lembaga-lembaga pendidikan banyak didirikan, mulai tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, hingga kini masih eksis di sana.
6. Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama atau NU, merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. NU didirikan pada tanggal 33 Januari 1926 M bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1344 H. Di Surabaya. Pendiri NU antara lain : KH Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahab Abdullah, KH. Bisri, KH. Ridwan, KH. Nawawi, KH. R. Asnawi, KH. R. Hambali, K Nakhrawi, KH. Doromuntaha, KH. Alwi Abdul Aziz, dan lain-lain.
Maksud dari pendirian NU antara lain adalah memegang teguh salah satu dari mandzhab imam yang empat, yaitu Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hambali, dan mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan umat Islam. Ikhtiar untuk mencapai maksud tersebut meliputi:
a) Mengadakan hubungan dengan ulama-ulama yang bermadzhab sebagaiman tersebut di atas;
b) Memeriksa kitab-kitab sebelum digunakan, apakah termasuk dalam kitab ahli sunnah wal jama'ah atau ahli bid'ah;
c) Menyiarkan agama Islam berdasarkan pada madzhab tersebut;
d) Memperbanyak madrasah-madrasah yang berasaskan Islam;
e) Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid-masjid, surau-surau, pondok-pondok pesantren, juga perhatiannya terhadap anak yatim, dan fakir miskin;
f) Mendirikan badan-badan untuk urusan pertanian, pernigaan, perusahaan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Di bidang pendidikan dan pengajaran formal, Nahdlattul Ulama (NU) membentuk satu bagian khusus yang mengelola kegiatan ini, yakni Al-Ma'arif dan bertugas untuk program pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan NU. Berdasarkan konferensi besar NU pada tanggal 23-26 Februari 1954, ditetapkan susunan sekolah-sekolah NU sebagai berikut:
a). Raudlatul Athfal (RA) setingkat Taman Kanak-kanak, 3 tahun;
b). SR (Sekolah Rendah) setingkat SD, 6 tahun;
c). SMP NU, 3 tahun;
d). SMA NU, 3 tahun;
e). SGA NU (SPG), 3 tahun;
f). MMP NU (Madrasah Menengah Pertama), 3 tahun;
g). MMA NU (Madrasah Menengah Atas), 3 tahun;
h). Muallimin/ Muallimat NU, 5 tahun.
Dalam perkembangan sekarang beberapa diantaranya sudah tidak dibuka lagi dan kemudian lebih banyak dikenal dengan sekolah-sekolah Ma'arif.
7. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam yang kemudian disingkat dengan PERSIS merupakan salah satu organisasi Islam di Indonesia yang secara formal didirikan di Bandung pada tanggal 12 September 1923 M (bertepatan dengan 1 Shafar 1342 H).
Adapun gerakan perjuangan Persis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bidang Keagamaan
a) Mengarahkan pada Al-Qur'an dan Al-Sunnah
b) Menghidupkan Ijtihad
c) Membasmi bid'ah, khurafat, takhayul, taklid, dan syirik
d) Memperluas tabligh dan dakwah
2. Sosial dan Politik
a) Panislamisme
b) Nasionalisme
3. Bidang Pendidikan
Menurut Deliar Noer sebagaimana dikutip oleh Toto Suharto, bahwa Persis sejak dahulu banyak bergerak dibidang pendidikan dan sosial, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kegiatan pendidikan yang dilakukan Persis, dinataranya: tahun 1924 menyelenggaran kelas pendidikan akidak dan ibadah, 1927 menyelenggaran pendidikan Islam bagi sekolah-sekolah Belanda, 1930 mendirikan Pendidikan Islam (Pendis), mendirikan Pesantren Persis tahun 1936, dan membuka Pesantren Putri di Bangil tahun 1941.
B. Pendidikan Islam di Indonesia
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pendidikan Islam pada awalnya dikelola oleh sejumlah organisasi Islam yang lahir menjelang kemerdekaan. Kepedulian para pendiri organisasi terhadap kondisi bangsa saat itu mendorong sejumlah langkah untuk mencapai kemerdekaan, termasuk mencerdaskan generasi Islam dari kebodohan.
Setelah kemerdekaan tidak serta merta pendidikan Islam yang dirintis berhenti, justeru di antaranya semakin berkembang pesat ke seluruh pelosok negeri. Ini wajar karena bangsa Indonesia baru terbebas dari penjajahan dan berusaha menata kehidupan dengan berbagai potensi sumber daya manusia yang banyak ditempa di lembaga-lembaga pendidikan. Organisas-organisasi yang membentuk lembaga pendidikan sebagaimana disebutkan di atas adalah:
1. Alamiatul Al-Khairiyah.
2. Al-Ishlah wal Irsyad
3. Perserikatan Ulama
4. Muhammadiyah
5. Mathlaul Anwar (MA)
6. Nahdlatul Ulama (NU)
7. Persatuan Islam (Persis)
Dari ketujuh organisasi ini yang masih eksis antara lain sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tersebar di seluruh pelosok negeri, dari tingkat RA hingga perguruan tinggi. Pusat persebaran tertua adalah di Yogyakarta dan di Sumatera Barat. Sekolah-sekolah Mathlaul Anwar juga masih eksis, namun terfokus di Menes Banten, walaupun dalam skup kecil banyak tersebar ke daerah Lampung dan daerah linnya di Sumatera, Sulawesi dan lain-lain. Pendidikan Mathlaul Anwar juga meliputi tingkat RA hingga perguruan tinggi.
Sementara pendidikan yang dibina oleh Nahdlatul Ulama dalam organisasi otonom Al-Ma'arif juga masih eksis dan tersebar di seluruh penjuru negeri. Al-ma'arif juga membina pandidikan mulai tingkat RA/ atau TK hingga perguruan tinggi. Demikian juga dengan pendidikan yang dibina oleh Persatuan Islam (Persis) hingga kini masih eksis, khususnya di daerah Bandung dan Bangil Jawa Timur sebagai baisis dengan pesantren dan sekolahnya yang dalam penyelenggaraannya pada masa awal-awal tidak berdasarkan kurikulum pemerintah, namun menggunakan kurikulum tersendiri.
Pendidikan Islam yang banyak dirintis oleh beberapa organisasi keagamaan itu kemudian tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Di samping itu yang kemudian muncul adalah persoalan dimana masing-masing organisasi membawa misi faham ajaran sesuai organisasinya masing-masing namun demikian terbukti membawa eksistensi pendidikan Islam di Indonesia hingga sekarang.