Las gas, yang dilapangann lebih dikenal dengan
istilah las karbit, sebenarnya adalah pengelasan yang dilaksanakan
dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai
sumber panas. Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah
campuran dari gasa Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar
(fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak
digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Aetilen ( dari kata “acetylene”,
dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini nmemiliki beberapa kelebihan
dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen
antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas
bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
Dari
table diatas, gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG),
methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan
lebih rendah dari gas asitilen maka ketiga jenis gas ini jarang dipakai
sebagai gas pencampur.
Seperti disebut diatas, gas Asetilen merupakan
jenis gas yang paling banyak digunakan sebagi bpencampuran dengan gas
Oksigen. Jika gas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka
seringkali proses pengelasan disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini
sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu Kalsium KARBIDA (orang-orang
menyebut karbit). Dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram atau
dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen. Jadi
penyebutan nama las karbit hanya untuk mencirikan bahwa gas yang
digunakan salah satunya adalah gas Asetilen.
Selain dikenal dengan
nama las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan
nama lain yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu
pada satu merk batu karbit. Jadi nama las karbit atau las asetilen atau
las MDQ sebenarnya adalah satu nama proses las yan sama.
Untuk dapat
melakukan pengelasan dengan car alas gas, diperlukan peralatan seperti
tabung gas Oksigen dan tabung gas Asetilen, katup tabung, regulator
(pengatur tekana gas), selang gas dan torch (brander). Kedua gas Oksigen
dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanna tertentu,
mengalir menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah sampai
di torch kedua gas tercampur dan akhirnya keluar dari ujung nosel torch.
Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel
membentuk nyala api denagn intensitas tertentu
Peralatan dalam Proses Las Gas
Proses
las gas (dibuku ini akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan
bahwa las yang dimaksud adalah las yang melibatkann campuran gas Oksigen
dan gas bahan bakar) umumnya dipakai secar manual yaitu dikerjakan oleh
tangan juru las. Pengaturan panas dan pemberian kawat las dilakukan
oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu, kualitas
sambungan nantinya akan diperngaruhi oleh ketrampilan dan keahlian si
juru las.
Sebenarnya suadah ada pengembangan dari proses las gas ini
menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”. Tentu saja hal itu
dilaarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas ambungan yang
lebih baik. Dengan system yang sudah otomatis maka pengaturan panas dan
pemberian kawat las akan lebih baik lagi. Kebanyakan otomatis system
diterapkan apada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana pada sitem
itu kecepatan pemotongn dapat diatur.
Proses las gas dapat
dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau istilah logam pengisi)
atau tidak sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan logam pengisi atau
tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat yang akan di las. Jika pelat
itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan
logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan logam
pengisi untuk menjamin sambungan yang optimal. Jika pada pelat tipis
dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja
dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan akan nampak tonjolan logam
las yang terlihat kurang baik.
Nyala api dari hasil reaksi gas
Oksigen dan gas bahan bakar tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan
mengelas saja. Lebih dari itu, nyala api dapat dimanfaatkan untuk
keperluan lainnya, seperti :
1. Operasi branzing ( flame brazing )
Yang
dimaksud dengan branzing disini adalah proses penyambunngan tanpa
mencairkan logam induk yang disambung, hanya logam pengisi saja.
Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las
dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi
dari kuningan ( sekitar 1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses
branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.
2. Operasi pemotongan logam ( flame cutting )
Kasus
pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Proses penggergajian (sewing) dan menggunting (shearing) merupakan
contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran logam.
Operasi Pemotong Pelat Logam
Proses
menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang
ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat
yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama.
Untuk dapat memotong pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara
gergaji maka digunakan las gas ini denngan peralatan khusus misalnya
mengganti torch nya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ).
Pemotongan
pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas
Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch
yang memang dibuat untuk keperluan memotong.
3. Operasi perluasan / pencukilan (flame gauging)
Operasi
perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen
logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum
ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau
diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak
dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi diisi kembali
dengan logam las.
4. Operasi pelurusan (flame straightening)
Operasi
pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada komponen dengan
bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan
prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang.
Batang lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga
Logam cenderung memuai pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan pemuaian yang besar.
Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar menghasilkan pengkerutan yang besar pula.
Prinsip Pemuaian dan Pengkerutan Logam
Las Gas Asetilen
A. Peralatan
Untuk
dapat mengelas atau memotong ataupun fungsi lainya dari proses las gas
maka diperlukan peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara
umum, peralatan yang digunakan dalam gas iniadalah :
1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar,
2. Katup silinder/tabung,
3. Regulator,
4. Selang gas,
5. Torch,
6. Peralatan pengaman
1. Tabung Gas
Tabung
gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi
bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini
sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium.
Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga
besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan
kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung.
Untuk
membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen
atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.
Table berikut ini menunjukan kode warna tabung gas untuk berbagai jenis
warna.
2. Katup Tabung
Sedang
pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup
ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas
Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk
tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material Baja.
3. Regulator
Regulator
atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub
tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga
mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk
mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau
pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus
dipertahankan tetap oleh regulator.
Pada regulator terdapat
bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup
pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja
dan katup pengatur keluar gas menuju selang.
4. Selang Gas
Untuk
mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang
gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan
tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan
berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana
membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan
kode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi
informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang
mengalir dalam selang.
Torch
Gas
yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch,
tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api.
Dari keterangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :
a. Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.
b. Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.
Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :
1. Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur.
Dibedakan atas :
Injector torch (tekanan rendah)
Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen.
Equal pressure torch (torch bertekanan sama)
Pada
torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi
saluran masuk sama besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang
pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.
2. Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas :
- Toch normal
- Torch ringan/kecil
3. Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas :
- Torch nyala api tunggal
- Torch nyala api jamak
4. Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas :
- Torch untuk gas asetilen
- Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.
5. Menurut aplikasi. Dibedakan atas :
- Torch manual
- Torch otomatik/semi otomatik.