Abstrak : Dalam novel Mimpi Sang Garuda
penulis mencoba memaparkan berbagai konflik yang tergambar dari watak
tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut yang dapat dijadikan sebagai
pelajaran bagi pembaca. Penulis menggunakan metode pemaparan tokoh dalam novel Mimpi Sang Garuda secara beragam sehingga membuat
pembaca lebih memahami jenis-jenis penokohan yang terdapat dalam novel
tersebut. Banyak nilai yang terkandung dalam novel Mimpi Sang Garuda
yang bisa menjadi motivasi bagi pembaca. Untuk bisa memahami pesan atau amanat
dari penulis, pembaca perlu memahami unsur intrinsik dalam cerita. Salah satu
yang menjadi unsur intrinsik dari cerita adalah penokohan.
Di Indonesia kita
mengetahui karya sastra yang terus mengalami perkembangan. Salah satunya karya
satra berbentuk novel. Semakin banyak cerita novel yang diambil dari kisah
nyata yang bisa sangat menginspirasi banyak orang, terutama para pembacanya.
Dan semakin banyak munculnya film layar lebar yang ceritanya diambil dari
sebuah novel. Dan para penggemar novel pun kini semakin bertambah, bahkan mulai
dari anak-anak sudah banyak yang menjadi penulis novel yang sudah diterbitkan,
yang tentunya kualitasnya tidak perlu diragukan.
Novel adalah
sebuah karya fiksi prosa yang ditulis
secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal
daribahasa Italia novella yang
berarti "sebuah kisah atau sepotong berita". Novel lebih panjang
(setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi
keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel
bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari,
dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel
dalam bahasa Indonesia dibedakan
dari roman. Sebuah roman alur
ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih
banyak.
Pembagian jenis novel
bisa dilihat dari beberapa segi. Misalnya dari segi nyata atau tidaknya cerita
novel dibagi menjadi dua yakni novel fiksi dan nonfiksi. Sedangkan berdasarkan
genre cerita, novel terdiri dari novel romantis, horor, komedi, misteri,
inspiratif, dll.
Dalam novel mempunyai unsur intrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur –unur yang membangun cerita dari dalam Unsur intrinsik dari novel
adalah tema, penokohan, alur, sudut pandang, gaya bahasa, latar atau setting
dan amanat. Tema adalah pokok permasalahan yang
ada dalam sebuah cerita. Penokohan adalah pemberian watak atau karakter pada
masing-masing pelaku dalam sebuah cerita. Pelaku bisa diketahu karakternya dari
cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Alur adalah rangkaian
peristiwa yang membentuk jalannya cerita. Sudut pandang adalah sudut pandang
penulis dalam memaparkan ceritanya. Gaya bahasa adalah alat utama pengarang
untuk melukiskan, menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. Latar
atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita
meliputi tempat, waktu, sosial budaya, dan keadaan lingkungan. Amanat adalah
pesan yang disampaikan dalam cerita.
Metode
Peneliti menggunakan metode deskriptif. Langkah
pertama yang dilakukan peneliti adalah menganalisa novel Mimpi Sang Garuda
dari segi penokohan. Peneliti mengamati tentang cara penulis memaparkan
tokoh-tokoh yang terdapat dapat novel Mimpi Sang Garuda. Selain itu
peneliti juga mengamati novel Mimpi Sang Garuda dari segi jenis-jenis
penokohannya, mencari tokoh yang masuk dalam kategori protagonis, antagonis
atau tritagonis. Setelah melakukan pengamatan, peneliti mendeskripsikan dari
hasil penelitiannya terhadap penokohan yang terdapat dalam novel Mimpi Sang
Garuda, yakni dari cara yang digunakan penulis dalam memaparkan tokohnya
dan jenis-jenis tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Dan langkah yang
terakhir, penulis mengambil kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan.
Hasil
Dalam novel Mimpi Sang Garuda ada beberapa
tokoh yang disebutkan, diantaranya adalah Bayu, Erwin, Heri, Ibu Bayu, Bang Ali
(Bapak Bayu), Pak Usman (kakek Bayu), Amelia, Bang Duloh, Pak Simbolon, Papa
Heri, Mama Heri.
1.) Bayu sebagai tokoh utama (tokoh
protagonis). Anak dari Bang Ali yang bekerja sebagai supir taksi, Bayu
mempunyai talenta serta kecintaan yang mendalam terhadap sepak bola. Metode
penokohan yang digunakan penulis dalam menggambarkan watak Bayu adalah dengan
metode dramatik. Watak dari Bayu adalah gigih, setia kawan, patuh pada orang
tua, mempunyai tekad dan kemauan yang tinggi, mempunyai kecintaan pada keluarga
yang tinggi, rela berkorban.
2.) Erwin sebagai tokoh figuran (tokoh
tritagonis). Erwin adalah sahabat dari Bayu yang selalu bersama Bayu ketika di
sekolah dan selalu bermain bola bersama Bayu dan Erwin meninggal karena sakit
demam berdarah. Metode penokohan yang digunakan penulis dalam menggambarkan
watak Erwin adalah dengan metode dramatik. Watak Erwin adalah usil, sering kali
asal ketika berbicara, suka ramai di kelas.
3.) Heri sebagai tokoh figuran (tokoh
tritagonis). Heri adalah teman baru Bayu yang menggunakan kursi roda dan
berbicara gagap. Dia adalah anak orang kaya yang juga sangat menyukai bola.
Metode penokohan yang digunakan penulis dalam menggambarkan watak Heri adalah
dengan metode campuran. Watak Heri adalah terkadang cuek, namun tetap perduli
terhadap orang lain, setia kawan, mempunyai perasaan yang halus.
4.) Ibu Bayu sebagai tokoh figuran
(tokoh tritagonis). Ibu Bayu adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat
menyayangi keluarganya. Metode penokohan yang digunakan penulis dalam
menggambarkan watak ibu Bayu adalah dengan metode dramatik. Watak ibu Bayu
adalah sabar, penuh kasih sayang, perhatian, tegar, pengertian.
5.) Bang Ali sebagai tokoh figuran
(tokoh tritagonis). Bang Ali mempunyai nama panjang Ali Mahfudin. Bang Ali
adalah bapak Bayu yang bekerja sebagai sopir taksi. Selain menjadi sopir taksi,
Bang Ali juga menjadi pelatih futsal di
tempat futsal milik perusahaan taksi. Metode penokohan yang digunakan oleh
penulis dalam menggambarkan watak Bang Ali adalah dengan metode dramatik. Watak
Bang Ali adalah orang yang selalu bersemangat, mempunyai kecintaan pada sepak
bola, mempunyai kecintaan yang besar terhadap anaknya, mempunyai tekad yang
kuat, rela berkorban, profesional, pengertian.
6.) Pak Usman sebagai tokoh figuran
(tokoh antagonis). Pak Usman adalah kakek Bayu yang pernah bekerja di
perusahaan Pertamina dan ketika itu sudah memasuki masa pensiunnya. Pak Usman
adalah orang tidak mengijinkan Bayu untuk bermain bola. Pak Usman sangat
membenci sepak bola, Pak Usman menginginkan Bayu agar kelak menjadi pegawai.
Metode penokohan yang digunakan oleh penulis dalam menggambarkan watak Pak
Usman adalah dengan menggunakan metode dramatik. Watak Pak Usman adalah seorang
diktator, keras, perhatian, sangat menyayangi cucunya, materialistik, mudah
marah.
7.) Amelia sebagai tokoh figuran (tokoh
tritagonis). Amelia adalah teman Bayu satu kelas yang juga menjadi ketua kelas
dan Amelia mempunyai suara merdu yang sangat disukai teman-temannya, termasuk
Bayu. Metode penokohan yang digunakan oleh penulis dalam menggambarkan watak
Amelia adalah dengan menggunakan metode dramatik. Watak Amelia adalah tegas,
jujur, pemberani, perduli terhadap teman, suka membantu.
8.) Bang Duloh sebagai tokoh figuran
(tokoh tritagonis). Bang Duloh adalah sopir pribadi sekaligus pengawal Heri
yang selalu menjaga Heri dan berada di sisi Heri. Bang Duloh adalah orang
keturunan berdarah Betawi Arab. Bang Duloh juga telah menjadi penyemangat bagi
Heri. Metode penokohan yang digunakan oleh penulis dalam menggambarkan watak
Bang Duloh adalah dengan menggunakan metode dramatik. Watak Bang Duloh adalah,
sabar, penyayang, perhatian, patuh, penuh semangat, suka menolong, dan suka
bergurau.
9.) Pak Simbolon sebagai tokoh figuran
(tokoh protagonis). Pak Simbolon adalah guru seni rupa di sekolah Bayu. Metode
penokohan yang digunakan oleh penulis dalam menggambarkan watak Pak Simbolon
adalah dengan menggunakan metode deskursif. Watak Pak simbolon adalah orang
yang tidak senang diprotes
10.) Papa Heri sebagai tokoh figuran (tokoh tritagonis).
Papa Heri adalah seorang pengusaha sukses yang sangat sibuk. Dia sering
bepergian ke luar negeri, sehingga dia kurang bisa memberikan perhatikan dan
kasih sayang kepada Heri. Metode penokohan yang digunakan oleh penulis dalam
menggambarkan watak Papa Heri adalah dengan menggunakan metode dramatik. Watak
Papa Heri adalah pekerja keras, materialistis dan kurang mempunyai perhatian
terhadap keluarga.
11.) Mama Heri sebagai tokoh figuran (tokoh tritagonis).
Mama Heri mengalami kecelakan dan akhirnya meninggal dunia. Hal inilah yang membuat Heri merasa bersalah sehingga menjadi
tertutup dan gagap. Metode penokohan yang digunakan oleh penulis dalam
menggambarkan watak Mama Heri adalah dengan menggunakan metode dramatik. Watak
Mama Heri adalah penyayang dan sabar.
Pembahasan
Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh
cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya termasuk keyakinannya, pandangan
hidupnya, adat-istiadat, dan sebagainya, yang diangkat pengarang dalam karyanya
adalah manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur
cerita yang sangat penting. Melalui
penokohan, cerita menjadi lebih nyata dalam angan pembaca.
Ada beberapa metode atau teknik dalam penyajian watak
tokoh, diantaranya adalah :
1. Metode Deskursif atau analitik.
Yaitu penyajian watak atau tokoh dengan cara dipaparkan secara langsung oleh
pengarang. Dengan cara menyebutkan secara langsung sifat, ciri atau yang
lainnya tanpa melibatkan tokoh yang lain.
2. Metode Dramatik. Yaitu penyajian
watak atau tokoh yang tidak secara langsung dipaparkan oleh pengarang.
Melainkan bisa melalui percakapan, tingkah laku tokoh, lingkungan atau tempat
tokoh yang disajikan oleh pengarang.
3. Metode campuran. Yaitu dengan cara
menggunakan kedua metode deskursif dan dramatik sekaligus. Penokohan disajikan
langsung oleh pengarang atau melalui tokoh secara bersamaan.
Dalam cerita novel watak-watak tokoh yang menjadi
pusat perhatian pembaca. Dari fungsinya tokoh dalam sebuah cerita digolongkan
menjadi tiga, diantaranya yaitu :
1. Protagonis. Tokoh protagonis
merupakan tokoh atau pemeran utama yang bisanya mempunyai sifat atau watak yang
baik yang biasanya dikagumi dan menjadi pusat perhatian dalam sebuah cerita.
2. Antagonis. Tokoh antagonis merupakan
tokoh penentang, adakalanya tokoh antagonis ini mempunyai watak atau karakter
yang jahat. Meski terkadang tidak jahat, tokoh antagonis ini mempunyai watak
yang berlawanan dengan tokoh protagonis yang menjadi penghalang dan penyebab
timbulnya konflik bagi tokoh protagonis.
3. Tritagonis. Tokoh tritagonis
merupakan tokoh penengah. Tokoh tritagonis ini bisa berlaku menentang
protagonis dan mendukung protagonis, bisa berada di pihak protagonis atau
mungkin di pihak antagonis.
Dalam novel Mimpi Sang Garuda penulis lebih
banyak menggunakan metode dramatik dalam memaparkan tokoh-tokoh yang terdapat
dalam nevel Mimpi Sang Garuda. Metode pemaparan secara dramtik digunakan
oleh penulis dalam memaparkan tokoh Bayu, Erwin, Ibu Bayu, Bang Ali (Ayah
Bayu), Pak Usman (Kakek Bayu), Amelia, Bang Duloh, Papa Heri dan Mama Heri.
Sedangkan dalam memaparkan penokohan Heri, penulis menggunakan metode campuran
dan penulis menggunakan metode deskursif dalam memaparkan penokohan Pak
Simbolon.
Sedangkan dari
jenis-jenis tokohnya yang menjadi tokoh protagonis adalah Bayu, dimana Bayu
adalah tokoh utama dalam cerita novel tersebut yang mempunyai cita-cita ingin
menjadi anggota Tim Nasional Sepak Bola Indonesia. Pak Usman menjadi tokoh
antagonis, dimana Pak Usmanlah yang menjadi penghalang bagi Bayu untuk meraih
cita-citanya, karena Pak Usman tidak
mengingkan Bayu menjadi pemain sepak bola dan menginginkan Bayu menjadi pegawai
negeri. Dan yang masuk dalam kategori tritagonis adalah Erwin, Ibu Bayu, Bang
Ali, Amelia, Heri,Bang Duloh, Papa Heri dan Mama Heri. Dari tokoh tritagonis
tersebut yang menambah kemeriahan cerita dalam novel Mimpi Sang Garuda.
Dalam membaca sebuah novel diperlukan pemahaman
tentang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Dengan memahami penokohan yang ada
akan membuat pembaca mengerti akan situasi serta alur dari cerita. Sehingga
pembaca dapat memahami maksud atau pesan yang terkandung dalam cerita yang
ingin disampaikan oleh seorang penulis.
Kesimpulan
Dalam novel Mimpi Sang Garuda,
secara umum penulisnya menggunakan metode campuran dalam memaparkan penokohan,
namun yang paling sering digunakan penulis adalah metode dramatik. Metode
pemaparan tokoh ini bisa dengan bebas di pilih oleh sang penulisnya. Yang
menjadi tokoh protagonis dalam novel Mimpi Sang Garuda adalah Bayu dan
Pak Usman (Kakek Bayu) adalah tokoh antagonis, selain itu ada beberapa tokoh
yang menjadi tokoh tritagonis dalam novel tersebut. Dalam watak dari
tokoh-tokoh novel Mimpi Sang Garuda dapat diambil pesan yang sangat
memotivasi dan bisa dijadikan pelajaran. Pesan yang digambarkan melalui tokoh
utama novel Mimpi Sang Garuda adalah kegigihan dalam meraih cita-cita.
Saran
Penulis hendaknya menggunakan metode
pemaparan tokoh secara beragam sehingga pembaca merasa lebih tertarik dan bisa
memahami dan ikut merasakan apa yang ada dalam sebuah cerita, sehingga pembaca
tidak cepat merasa jenuh atau bosan.
Dengan menarik perhatian pembaca melalui penokohan juga akan membantu orang
yang mungkin awalnya tidak senang membaca menjadi gemar membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Adieb,
Ahmad. 2010. ANALISIS PENOKOHAN DAN ALUR PADA NOVEL-NOVEL INDONESIA.(http://
/ANALISIS PENOKOHAN DAN ALUR PADA NOVEL-NOVEL INDONESIA « Achmadadieb's
Blog.htm. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2012)
Google tanya jawab. 2011. Apa sih arti dari antagonis
protagonis tritagonis. (http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=7deeb9c8979547d2. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2012)
Henero Publishing. 2011. Jenis
Jenis Novel. (http://heniroadvertisingandpublishing.blogspot.com/2011/06/jenis-jenis-novel.html. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2012)
Natalidopengasih. 2010. Menganalisis
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan.
(http://natalidopengasih.wordpress.com/2010/05/19/menganalisis-unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-novel-indonesia-terjemahan/. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2012)
Putra, Willy. 2009. Alur,
Penokohan dan Latar Cerpen. (http://winaraku.wordpress.com/2009/04/11/alur-penokohan-dan-latar-cerpen/. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2012)
Rhamdani, Benny. 2009. Mimpi Sang
Garuda. Bandung : DAR! Mizan
Lampiran
Sinopsis
Bayu
adalah murid di Sekolah SD Percobaan. Dia mempunyai seorang sahabat yang
bernama Erwin. Bayu dan teman-temannya mempunyai hobi bermain sepak bola. Bapak
Bayu bernama Bang Ali, dia adalah seorang sopir taksi yang dulu adalah pemain
sepak bola terkenal. Namun karena cidera paha, akhirnya tidak ada lagi klub
sepak bola yang mau menerima Bapak Bayu. Namun Bapak Bayu sangat bangga karena
anak laki-lakinya mewarisi kehebatan bermain bolanya dan juga mempunyai
cita-cita ingin menjadi pemain sepak bola yang hebat. Namun ada kendala yang
muncul dari Pak Usman. Pak Usman adalah kakek Bayu yang sangat tidak menyukai
sepak bola. Dia menginginkan Bayu kelak menjadi seorang pegawai seperti
dirinya. Namun kecintaan Bayu terhadap sepak bola sangatlah besar dan sulit
untuk dihilangkan. Meski kakeknya sering marah-marah atau bersikap tidak enak
hanya karena ada pembahasan tentang sepak bola.
Di
sekolahnya Bayu mendapatkan teman baru yang awalnya Bayu juga merasa kurang
senang terhadap anak tersebut karena Bayu merasa anak tersebut adalah anak
orang kaya yang sombong. Nama anak itu adalah Heri, Heri adalah anak orang kaya
namun dia mengalami lumpuh sehingga harus menggunakan kusi roda, dan bicaranya
pun juga gagap.
Bayu
sangat merasakan kesedihan yang mendalam ketika harus merasakan kehilangan
Erwin. Erwin adalah sahabat yang Bayu cintai, Bayu menjadi kehilangan semangat
ketika telah ditinggalkan oleh sahabatnya itu. Dan Heri menjadi tergugah
melihat keadaan Bayu dan ingin menghibur Bayu, Heri menjadi tergugah karena
Heri sudah pernah merasakan kehilangan orang yang dicintainya. Dan akhirnya
Bayu dan Heri bisa menjadi bersahabat.
Di
sisi lain Bayu begitu bersemangat ingin meraih cita-citanya untuk menjadi
pemain Timnas yang terbaik dengan dukungan dan semangat dari Heri dan bapaknya.
Namun di sisi lain Bayu juga memikirkan kakeknya yang tidak menyukai jika Bayu
menjadi pemain sepak bola. Bayu juga tidak ingin mengecawakan kakeknya.
Kakek
Bayu terus saja meminta Bayu untuk belajar bersungguh-sungguh dan melupakan
sepak bola. Sampai pada suatu ketika Bayu pergi bermain bola dengan
sembunyi-sembunyi. Namun akhirnya kakeknya mengetahuinya dan menjadi marah
besar terhadap Bayu. Bayu merasa bersalah dan ingin mencoba untuk meminta maaf
kepada kakeknya. Namun Bayu terkejut ketika dia tahu bahwa kakeknya telah
membakar sepatu sepak bola yang sangat Bayu sukai. Bayu merasa benci kepada
kakeknya dan marah. Bayu mencoba merenung, dan setelah beberapa saat, akhirnya
Bayu mulai bisa menerima hal itu dan tidak mempermasalahkannya lagi. Namun, di
situlah muncul pertengkaran hebat antara bapak dan kakek Bayu yang
memperebutkan cita-cita Bayu. Akhirnya Pak Usman memutuskan untuk pulang ke
rumahnya sendiri. Bayu yang mencoba menghubungi kakeknya namun tak pernah
mendapat balasan kabar dari kakeknya. Meski kakek mungkin marah, namun bapak
Bayu selalu memberikan semangat kepada Bayu untuk tetap bersemangat bermain
bola.
Pada
suatu hari akan ada pertandingan sepak bola antara Indonesia dan Thailand. Heri
mengajak Bayu untuk menonton langsung pertandingan tersebut di Senayan dan tak
tanggung-tanggung Heripun juga membelikan satu tiket VIP untuk Bayu. Bukan main
girangnya Bayu. Bayu mencoba menceritakannya kepada bapaknya. Bapak pun akan
berusaha untuk menemani Bayu menonton pertandingan itu di Senayan. Bapak
meminta Bayu untuk berangkat dahulu bersama teman-temannya, dan bapaknya akan
menyusul setelah selesai bekerja.
Ketika
sampai di stadion bayu mulai gelisah menunggu kedatangan bapaknya yang tak
kunjung datang. Namun atas saran Bang Duloh supir sekaligus pendamping Heri,
Bayu pun masuk ke dalam tribun terlebih dahulu dan menunggu bapaknya di dalam.
Tiba-tiba terompet di tangan Bayu terjatuh, bersamaan dengan itu gelas di
samping ibu terjatuh dan kakek terjaga dari tidur siangnya karena mimpi buruk.
Bersamaan dengan itu pula, Bang Ali mengalami kecelakaan yang tak terelakkan.
Rasanya
baru kemarin Bayu mengikuti rangkaian upacara pemakaman sahabatnya, kini dengan
hati yang tersayat-sayat melihat upacara pemakaman bapaknya. Meski bayu belum
bisa melepaskan kesedihannya, namun ketika dia kembali ke sekolah dia mencoba
untuk menunjukkan ketegarannya. Bayu ingin menjadi seperti ibunya. Di depan
orang banyak tidak perlu menunjukkan kesedihan. Itu hanya akan menampakkan
betapa lemahnya hati kita.
Heri
yang kini menjadi sahabat Bayu, tetap berusaha menghibur bayu dan terus
memberikan semangat untuk meraih cita-cita Bayu menjadi pemain sepak bola yang
terbaik. Bayu pun tidak bisa melupakan permainan sepak bola yang bisa membuat
hidunya begitu bersemangat. Namun Bayu juga tak ingin mengecawakan kakeknya
lagi. Heri memberikan saran kepada Bayu untuk bermain bola dengan
sembunyi-sembunyi saja. Namun bayu tetap takut jika ahkirnya nanti akan
ketahuan juga. Heri tetap mengobarkan semangat Bayu, sampai Heri rela menaggung
bersama Bayu jika mungkin nanti kakeknya Bayu marah kepada Bayu. Dan Heri yang
dulu gagap, kini menjadi lebih lancar berbicara. Hal ini juga dikarenakan
persahabatan yang diberikan Bayu yang membuat Heri lebih bersemangat untuk
menyembuhkan penyakit gagapnya. Akhirnya Bayu pun menerima saran dari Heri
untuk bermain bola-bola dengan diam-diam dan sembunyi-sembunyi.