JIKA AKU MENJADI

Andai saja di negeri ini tak ada lagi kekerasan, jika saja kita berhasil dididik menjadi sosok yang dewasa, dan umpamanya keadilan mampu berpihak ke segala tempat, pasti hidup ini akan terasa lebih singkat. Namun kenyataan hanyalah mimpi yang tak pernah bisa terbeli, sehingga kadang kita dihadapkan pada suasana yang kita tak sanggup memaknai.
Onggokan norma-norma hidup, seakan membuat sesak langkah setiap umat. Berbagai

peristiwa seakan enggan menyadarkan kita. Pada kenyataannya jiwa kita masih membaja untuk mempertahankan kepengecutan, keserakahan, kesombongan, dan ketakpedulian. Mungkinkah hati kita akan mengkristal menjadi petaka bagi sesama ? Hidup adalah hidup, yang sesederhana membuka dan menutup kelopak mata. Namun masih banyak di antara kita yang tak pernah mengerti. Bahkan kita tak pernah punya waktu untuk berandai sejenak, bawha apa jadinya jika semua kesalahan kita tak mampu lagi ditutupi. Impaskah nyawa kita untuk membayar semua itu ?


Kita hanya dapat tertawa menonton kasus Anggodo, Gayus Tambunan, dan mereka-mereka yang tersandung pidana. Padahal kita juga memiliki jutaan kasus pidana yang tak pernah terkuak ke publik, yang tak sempat tayang di televisi. Berapa ratus kali kita terjebak dalam pelecehan seksual, KDRT, pencemaran nama baik, pemerkosaan, korupsi, bahkan pembunuhan berencana. Tapi kita memang tak pernah mau menyadarkan diri, hingga kita tak lagi mampu mengingat kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Saat kita mencuri kambing, kita selalu merasa lebih suci di hadapan pencuri kerbau. Itulah mental kita, yang tak pernah berhasil memaknai hidup.


Tak usah terlalu jauh membahas keadilan Tuhan, tapi cobalah kita renungkan seberapa adilnya kita terhadap nurani. Setiap kita memiliki nurani yang sama, meski dengan jiwa yang berbeda. Kita ingin dicintai, dihormati, disayangi. Namun pernahkah kita menghitung kasih sayang yang kita terima ? Pernahkah kita menghormati orang lain ? Kita hanya mampu menjadi pecundang yang tak tahu diri, namun kita terus menerus menuntut untuk didewakan.