MALABO – Tampil di Piala Afrika sebagai kandidat juara, membuat Pantai Gading menjadi sorotan publik Afrika dan dunia. Tapi kritik mulai berdatangan sejak Didier Drogba dkk tampil di partai kedua Grup B.
Pasalnya, menjadi tim unggulan dan dipenuhi sederetan bintang-bintang yang berkarier di klub top-top Eropa, ternyata tak membuat Les Éléphants bermain atraktif dan menghibur. Malah, Pantai Gading bermain lebih simpel, taktis dan mengutamakan efektivitas.
Memang Pantai Gading tampil menjadi juara grup, tapi hasil pertandingan seperti tak mencerminkan sebuah tim yang terisi pemain-pemain garang macam Drogba dan Yaya Touré.
Partai pertama mereka, hanya menang tipis 1-0 melawan Sudan. Next, Pantai Gading hanya menang 2-0 melawan Burkina Faso dan terakhir, skor yang sama terjadi di partai terakhir penyisihan grup melawan Angola. Tak ada skor fantastis dan aksi-aksi memukau.
Yaya Touré yang mewakili kubu pemain pun tampil untuk memaparkan alasan mereka, tak tampil indah dan atraktif di Piala Afrika kali ini.
“Hal pertama yang harus dimengerti publik adalah, Piala Afrika tidak seperti turnamen di Eropa. Temperatur, kelembaban, lapangan dan atmosfir di sini sangat berbeda. Jadi, yang diperlukan para pemain yang berbasis di Eropa adalah efektivitas di lapangan dan tak mencoba pamer kualitas teknik,” ungkap Yaya, seperti diktutip Football 365, Selasa (31/1/2012).
“Kami tahu banyak orang yang mengkrik kami, bahwa kami tak tampil garang, menghibur dan tak banyak mencetak gol. Mereka takut kami akan ditundukkan lawan di perempat final atau babak selanjutnya, tapi mereka sepertinya tak mengerti, bahwa kami tim yang solid sejak tahun 2006 silam,” lanjut adik kandung Kolo Touré tersebut.
“Kami sudah belajar dari kegagalan Piala Afrika edisi lalu. Kami sudah cukup matang untuk menyadari betapa pentingnya turnamen ini, di mana kami hanya butuh hasil menang. Dan itulah yang sedang kami kejar. Kami berharap bisa mencapai final dan memenangkan trofi Afrika, meski kami hanya bisa mencetak sedikit gol,” tutupnya.